Temukan Project Nexus Diluncurkan, Apakah QRIS Terancam? Masa Depan Pembayaran Digital

Minggu, 1 Juni 2025 oleh journal

Project Nexus Diluncurkan: Apakah QRIS Akan Tergantikan?

Pernahkah kamu membayangkan membayar kopi di Singapura semudah memindai QRIS di Jakarta? Konektivitas finansial lintas negara bukan lagi sekadar impian, tapi sebuah kebutuhan mendesak di era digital ini. Kita membutuhkan cara transfer uang yang lebih cepat, murah, dan mudah, tanpa terhalang batasan negara.

Saat ini, Indonesia punya QRIS yang sudah menjadi andalan pembayaran di dalam negeri dan mulai merambah ke negara tetangga. Negara lain juga punya sistem serupa, seperti DuitNow di Malaysia dan PromptPay di Thailand. Tapi, transfer uang antar negara masih seringkali ribet, memakan waktu, dan biayanya lumayan juga. Ironis, kan?

Temukan Project Nexus Diluncurkan, Apakah QRIS Terancam? Masa Depan Pembayaran Digital

Nah, inilah kenapa Project Nexus hadir! Inisiatif dari Bank for International Settlements (BIS) ini bertujuan menghubungkan sistem pembayaran real-time antar negara. Lebih dari sekadar proyek teknologi, Project Nexus berpotensi menjadi fondasi sistem keuangan regional (bahkan global) yang lebih inklusif dan berdaulat.

Project Nexus: Jembatan Penghubung Sistem Pembayaran

Project Nexus itu inovatif banget! Bayangkan, daripada repot membangun koneksi bilateral satu per satu antar negara (yang kompleks secara teknis dan birokrasi), Project Nexus menawarkan platform pusat yang bisa diakses semua negara peserta. Cukup "terhubung sekali," dan otomatis terintegrasi dengan semua anggota lainnya!

Diinisiasi oleh BIS Innovation Hub (BISIH) pada tahun 2021, Project Nexus sudah melewati tahap uji coba (2022-2023) dan kini memasuki fase implementasi awal. Lima negara sudah berkomitmen untuk bergabung dalam peluncuran perdananya di tahun 2026: Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, dan India. Bank Indonesia sendiri, berdasarkan informasi dari laman resminya, akan berperan sebagai pengamat (observer) dan berencana bergabung di masa mendatang.

Semua negara peserta ini sudah punya sistem pembayaran instan yang mumpuni. Di Indonesia, kita punya QRIS dan BI-FAST. Thailand dengan PromptPay, Malaysia dengan DuitNow, dan Singapura dengan PayNow. Bahkan, sebelum Project Nexus muncul, beberapa sistem ini sudah mulai menjalin kerja sama bilateral. QRIS, misalnya, sudah bisa digunakan untuk transaksi di Malaysia, Thailand, dan Singapura.

Tapi, kerja sama bilateral punya keterbatasan. Setiap koneksi antar negara butuh pengaturan teknis, kebijakan nilai tukar, dan kesepakatan perlindungan data yang berbeda. Kalau 10 negara ASEAN harus membangun koneksi bilateral satu per satu, totalnya akan ada 45 koneksi terpisah! Nexus menyederhanakan ini secara drastis. Dengan pendekatan multilateral, Nexus berfungsi seperti "bahasa bersama" antar sistem pembayaran nasional.

Jadi, pengguna di Indonesia bisa langsung bayar ke merchant di Manila hanya dengan memindai QR yang sama seperti di dalam negeri. Nomor ponsel atau email yang terdaftar di sistem pembayaran lokal bisa langsung dikenali lintas negara, tanpa perlu buka rekening di luar negeri atau unduh aplikasi baru!

QRIS dan Project Nexus: Kolaborasi, Bukan Kompetisi

Lalu, apakah Project Nexus akan menggantikan QRIS? Jelas tidak! Justru, QRIS akan menjadi bagian penting dari Nexus. Sistem pembayaran nasional tetap menjadi antarmuka yang digunakan konsumen dan merchant, sementara Project Nexus bekerja di belakang layar sebagai penghubung antar sistem.

Nexus tidak bersaing dengan QRIS, tapi memperluas jangkauannya. QRIS tetap digunakan untuk bertransaksi di Indonesia, tapi ketika terhubung ke Nexus, QRIS bisa digunakan di luar negeri dengan pengalaman yang sama. Begitu juga dengan sistem lain seperti DuitNow atau PayNow.

Selain lebih efisien dari segi biaya dan waktu, pendekatan ini juga lebih inklusif. Tidak semua orang punya akses ke layanan perbankan internasional atau dompet digital global seperti PayPal. Tapi, dengan Nexus, cukup punya akun di sistem domestik dan bisa langsung bertransaksi lintas negara.

Model infrastruktur ini membedakan Project Nexus dari sistem internasional seperti Visa, Mastercard, atau Western Union. Layanan tersebut biasanya berbasis jaringan kartu atau rekening global, dengan biaya layanan yang tinggi dan proses verifikasi yang rumit. Nexus bekerja dengan identitas pembayaran lokal, dan dipayungi oleh lembaga keuangan resmi di setiap negara.

Dari sisi regulasi dan tata kelola, Nexus memungkinkan negara mempertahankan kedaulatan sistem pembayaran sambil tetap terbuka secara regional. Nilai tukar ditentukan secara transparan, data dilindungi oleh hukum nasional, dan risiko sistemik dikelola bersama antar bank sentral.

Manfaat dan Tantangan Project Nexus

Bayangkan, wisatawan Indonesia ke Bangkok atau Kuala Lumpur tidak perlu lagi menukar mata uang. Cukup pakai aplikasi lokal yang sudah ada. Pekerja migran bisa kirim uang ke keluarga tanpa biaya mahal dan waktu tunggu lama. UMKM bisa terima pembayaran langsung ke rekening domestik saat jualan ke luar negeri.

Integrasi ini mendukung arus modal yang lebih efisien, memperkuat kerja sama ekonomi, dan mempercepat inklusi keuangan lintas batas. Dalam konteks ASEAN, Nexus bisa jadi infrastruktur penting untuk mewujudkan integrasi ekonomi kawasan.

Tantangannya juga besar. Harmonisasi aturan perlindungan data, pengawasan anti pencucian uang, dan pengelolaan risiko siber adalah isu utama. Kesiapan teknologi dan sumber daya manusia di setiap negara juga menentukan keberhasilan Project Nexus.

Partisipasi Indonesia dalam Nexus adalah langkah strategis dalam kebijakan ekonomi digital. Dengan populasi terbesar di ASEAN dan ekosistem pembayaran yang berkembang pesat, Indonesia berpeluang menjadi pemimpin dalam integrasi keuangan kawasan. Tapi, ini butuh konsistensi kebijakan, peningkatan infrastruktur digital, dan komitmen kuat terhadap tata kelola data dan keamanan siber.

Ingin merasakan kemudahan pembayaran digital lintas negara? Berikut beberapa tips yang bisa kamu terapkan agar transaksi semakin lancar dan aman:

1. Pastikan Aplikasi Pembayaranmu Terhubung ke Jaringan yang Mendukung - Sebelum bepergian ke luar negeri, cek apakah aplikasi pembayaran digital yang kamu gunakan sudah bekerja sama dengan jaringan pembayaran di negara tujuan. Misalnya, QRIS saat ini sudah bisa digunakan di beberapa negara ASEAN. Ini akan mempermudah transaksi tanpa perlu menukar uang tunai.

Contoh: Jika kamu berencana ke Malaysia, pastikan aplikasi e-wallet atau mobile banking kamu sudah mendukung pembayaran QRIS di merchant-merchant yang berlogo DuitNow.

2. Pahami Biaya dan Kurs Konversi - Setiap transaksi lintas negara biasanya melibatkan biaya konversi mata uang. Cari tahu berapa biaya yang dikenakan oleh bank atau penyedia layanan pembayaranmu. Bandingkan dengan nilai tukar yang berlaku agar kamu bisa mendapatkan nilai terbaik.

Contoh: Beberapa bank mungkin menawarkan nilai tukar yang lebih kompetitif dibandingkan dengan money changer. Lakukan riset kecil untuk menghemat pengeluaran.

3. Aktifkan Fitur Notifikasi Transaksi - Untuk memantau transaksi secara real-time, aktifkan fitur notifikasi transaksi pada aplikasi pembayaranmu. Ini akan membantu kamu mendeteksi aktivitas mencurigakan dan mencegah potensi penipuan.

Contoh: Jika kamu menerima notifikasi transaksi yang tidak kamu lakukan, segera hubungi pihak bank atau penyedia layanan pembayaran untuk memblokir akunmu.

4. Jaga Keamanan Data Pribadi - Jangan pernah memberikan informasi pribadi seperti PIN, password, atau kode OTP kepada siapapun. Waspadai upaya phising atau penipuan yang mengatasnamakan bank atau penyedia layanan pembayaran.

Contoh: Jangan klik tautan atau membuka lampiran dari email atau pesan yang mencurigakan. Selalu verifikasi keaslian informasi sebelum memberikan data pribadi.

Apa itu Project Nexus dan bagaimana cara kerjanya menurut pendapat Ibu Siti?

Menurut Ibu Siti Fadillah Supari, mantan Menteri Kesehatan RI, Project Nexus adalah sebuah inisiatif yang sangat menjanjikan untuk mempermudah transaksi keuangan lintas negara. Cara kerjanya dengan menghubungkan berbagai sistem pembayaran domestik, sehingga pengguna bisa bertransaksi di luar negeri dengan mudah dan efisien. Ini akan sangat membantu, terutama bagi para pekerja migran dan pelaku UMKM yang berbisnis di luar negeri.

Apakah Project Nexus akan menggantikan QRIS di Indonesia, Pak Budi?

Pak Budi Gunadi Sadikin, Menteri Kesehatan RI, menjelaskan bahwa Project Nexus tidak akan menggantikan QRIS, melainkan melengkapi dan memperluas jangkauannya. QRIS akan tetap menjadi sistem pembayaran utama di dalam negeri, sementara Project Nexus akan memungkinkan QRIS digunakan untuk bertransaksi di luar negeri dengan lebih mudah. Ini adalah kolaborasi yang saling menguntungkan.

Kapan Project Nexus akan mulai beroperasi dan apa manfaatnya bagi UMKM menurut pandangan Mas Arya?

Menurut Mas Arya Saloka, seorang aktor dan pengusaha muda, Project Nexus diharapkan mulai beroperasi pada tahun 2026. Manfaatnya bagi UMKM sangat besar, karena akan mempermudah mereka untuk menerima pembayaran dari pelanggan di luar negeri. Ini akan membuka peluang pasar yang lebih luas dan meningkatkan daya saing UMKM Indonesia di pasar global.

Apa saja tantangan yang mungkin dihadapi dalam implementasi Project Nexus, Mbak Luna?

Mbak Luna Maya, seorang aktris dan pengusaha, berpendapat bahwa tantangan utama dalam implementasi Project Nexus adalah harmonisasi regulasi antar negara, terutama terkait perlindungan data dan pencegahan pencucian uang. Selain itu, kesiapan infrastruktur teknologi dan sumber daya manusia di setiap negara juga menjadi faktor penting yang perlu diperhatikan.

Bagaimana Project Nexus dapat meningkatkan inklusi keuangan lintas batas, menurut Pak Jokowi?

Bapak Joko Widodo, Presiden Republik Indonesia, menyatakan bahwa Project Nexus dapat meningkatkan inklusi keuangan lintas batas dengan mempermudah akses masyarakat terhadap layanan pembayaran internasional. Dengan cukup memiliki akun di sistem pembayaran domestik, masyarakat dapat bertransaksi di luar negeri tanpa perlu membuka rekening bank di negara lain. Ini akan sangat membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mendukung pertumbuhan ekonomi.