Ketahui Mengapa Indonesia Jadi Buruan Investor Global, Terima Kasih Mr. Trump, iklim investasi makin cerah

Rabu, 28 Mei 2025 oleh journal

Terima Kasih, Mr. Trump! Indonesia Kini Jadi Magnet Investor Dunia

Pasar keuangan negara berkembang (emerging markets) lagi naik daun nih! Indonesia, salah satunya, kebanjiran dana asing yang masuk ke berbagai instrumen investasi, mulai dari saham sampai obligasi. Kira-kira, apa ya yang bikin Indonesia jadi primadona?

Menurut data dari Refinitiv, Emerging Market Index (EM Index) menunjukkan tren positif. Pada 9 April 2025, indeks ini berada di angka 306,29 dan melonjak menjadi 355,02 pada 27 Mei 2025. Artinya, pasar saham di negara-negara berkembang secara umum mengalami kenaikan.

Ketahui Mengapa Indonesia Jadi Buruan Investor Global, Terima Kasih Mr. Trump, iklim investasi makin cerah

Menariknya, kenaikan EM Index ini berbarengan dengan melemahnya indeks dolar AS (DXY). DXY terkoreksi dari 102,9 menjadi 99,52 dalam periode yang sama. Kok bisa begitu?

EM Index sendiri merupakan indeks gabungan yang mengukur performa pasar saham di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia dan Brasil. Kenaikan EM Index ini menandakan sentimen positif dari investor terhadap pasar negara berkembang. Faktor-faktor seperti fundamental ekonomi yang membaik, arus modal asing yang deras, melemahnya dolar, dan prospek pertumbuhan yang menjanjikan, jadi pemicunya.

Tapi, ingat ya, meski lagi moncer, pasar negara berkembang tetap punya risiko. Ketidakstabilan politik, fluktuasi nilai tukar, ketergantungan pada harga komoditas, dan kebijakan suku bunga global, tetap jadi hal yang perlu diwaspadai. Secara keseluruhan, kenaikan EM Index ini menunjukkan bahwa investor semakin percaya dengan potensi pertumbuhan jangka menengah dan panjang di negara-negara berkembang.

Rupiah dan IHSG Unjuk Gigi

Dari 9 April hingga 27 Mei 2025, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat sebesar 3,5%. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga melesat tinggi, naik 20,62% dalam periode yang sama. Keren, kan?

Menurut Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI), Destry Damayanti, penguatan rupiah ini tak lepas dari anjloknya dolar AS. "Dolar sekarang juga melemah karena baru di-downgrade kemarin sama Moody's dan rating agency lain. Mereka mengalami twin deficit, di budget dan neraca dagang," jelas Destry dalam Outlook Ekonomi DPR, Selasa (20/5/2025).

Downgrade dari Moody's terhadap utang AS ini dipicu oleh kebijakan tarif resiprokal Presiden AS, Donald Trump. Kebijakan ini memicu ketidakpastian di AS, sehingga aliran modal dari AS kembali masuk ke emerging market dan instrumen emas.

"Ini tercermin di Indonesia, ada inflow ke SBN, saham, dan beberapa masuk ke SRBI," kata Destry.

Ia juga menambahkan bahwa volatilitas nilai tukar semakin mereda dibandingkan negara lain. "Ini mencerminkan kestabilan rupiah yang relatif membuat adanya confidence dan jadi dasar kuat Bapak dan Ibu kalau mau bisnis, tentu dibutuhkan stabilitas," ujarnya.

Sentimen positif juga menghampiri pasar saham domestik setelah kekhawatiran soal tarif impor dagang AS dengan China mereda, ditambah lagi dengan masuknya dana asing yang cukup besar.

Dalam kesepakatan yang dibuat pada Senin (12/5/2025), tarif AS terhadap produk China dipangkas dari 145% menjadi 30%, dan tarif China terhadap produk AS turun dari 125% menjadi 10% selama 90 hari ke depan.

Presiden AS, Donald Trump, memuji perjanjian tersebut sebagai bukti bahwa strategi tarif agresifnya membuahkan hasil, setelah AS membuat perjanjian awal dengan Inggris dan sekarang dengan China. "Mereka telah setuju untuk membuka China sepenuhnya, dan saya pikir ini akan menjadi fantastis bagi China, saya pikir ini akan menjadi fantastis bagi kita," kata Trump di Gedung Putih, dikutip dari Reuters, Selasa (13/4/2025).

Arus dana asing yang deras ke pasar keuangan domestik juga mendorong berbagai instrumen investasi di Indonesia.

Data transaksi Bank Indonesia (BI) pada 19-22 Mei 2025 menunjukkan bahwa investor asing mencatat beli neto (net buy) sebesar Rp14,73 triliun. Pembelian tersebut terbagi menjadi Rp1,54 triliun di pasar saham dan Rp14,13 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN). Sementara itu, di pasar Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) tercatat jual bersih sebesar Rp0,95 triliun. Catatan inflow sebesar Rp14,73 triliun ini adalah yang tertinggi sejak pekan ketiga September (17-19 September 2024) atau sebelum era Presiden Prabowo. Artinya, net inflow pekan ini adalah yang terbesar di era Prabowo.

Lonjakan dana asing ke emerging markets, termasuk Indonesia, dalam dua pekan terakhir dipicu oleh kekhawatiran investor terhadap kebijakan pemerintahan Trump, terutama pajak. Defisit pemerintah AS yang melonjak juga membuat investor melepas investasi berdenominasi dolar AS. Hal ini tercermin dari anjloknya indeks dolar dan melesatnya imbal hasil US Treasury.

Tertarik untuk ikut merasakan manisnya investasi di pasar berkembang seperti Indonesia? Yuk, simak beberapa tips berikut ini agar investasi Anda makin optimal:

1. Diversifikasi Portofolio - Jangan taruh semua telur dalam satu keranjang! Sebarkan investasi Anda ke berbagai instrumen, seperti saham, obligasi, dan reksa dana. Misalnya, sebagian dana Anda bisa diinvestasikan di saham blue chip, sebagian lagi di obligasi pemerintah, dan sisanya di reksa dana pasar uang.

Dengan diversifikasi, risiko kerugian Anda bisa diminimalisir.

2. Pantau Kondisi Ekonomi Global - Perhatikan perkembangan ekonomi global, seperti kebijakan suku bunga bank sentral, inflasi, dan pertumbuhan ekonomi negara-negara besar. Misalnya, jika The Fed (bank sentral AS) menaikkan suku bunga, ini bisa berdampak pada arus modal asing yang keluar dari Indonesia.

Dengan memantau kondisi ekonomi global, Anda bisa mengambil keputusan investasi yang lebih tepat.

3. Perhatikan Risiko Nilai Tukar - Nilai tukar rupiah bisa berfluktuasi, terutama jika ada sentimen negatif dari pasar global. Misalnya, jika terjadi krisis di negara tetangga, nilai tukar rupiah bisa melemah.

Untuk mengurangi risiko nilai tukar, Anda bisa mempertimbangkan investasi dalam instrumen yang berdenominasi dolar AS, seperti obligasi pemerintah yang diterbitkan dalam dolar AS.

4. Pilih Manajer Investasi yang Terpercaya - Jika Anda berinvestasi di reksa dana, pastikan Anda memilih manajer investasi yang memiliki reputasi baik dan pengalaman yang mumpuni. Misalnya, Anda bisa melihat kinerja reksa dana yang dikelola oleh manajer investasi tersebut dalam beberapa tahun terakhir.

Manajer investasi yang terpercaya akan membantu Anda mengelola investasi Anda dengan lebih baik.

5. Investasi Jangka Panjang - Pasar modal bisa bergejolak dalam jangka pendek, tapi dalam jangka panjang, pasar modal cenderung memberikan imbal hasil yang lebih tinggi dibandingkan instrumen investasi lainnya. Misalnya, jika Anda berinvestasi di saham, jangan panik jika harga saham Anda turun dalam jangka pendek.

Tetaplah tenang dan fokus pada tujuan investasi jangka panjang Anda.

6. Konsultasi dengan Ahli Keuangan - Jika Anda masih bingung, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan ahli keuangan. Ahli keuangan akan membantu Anda menyusun rencana investasi yang sesuai dengan profil risiko dan tujuan keuangan Anda. Misalnya, Anda bisa berkonsultasi dengan perencana keuangan independen atau penasihat investasi di bank.

Konsultasi dengan ahli keuangan akan membantu Anda membuat keputusan investasi yang lebih bijak.

Apa sebenarnya yang dimaksud dengan EM Index, menurut pendapat Ibu Ani?

Menurut Ibu Ani Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan RI, EM Index adalah indikator penting yang mencerminkan kinerja pasar saham di negara-negara berkembang. Kenaikan EM Index menunjukkan bahwa investor memiliki kepercayaan yang tinggi terhadap potensi pertumbuhan ekonomi di negara-negara tersebut.

Mengapa dolar AS melemah, seperti yang dijelaskan oleh Bapak Budi?

Bapak Budi Gunadi Sadikin, Menteri Kesehatan RI (dengan latar belakang di bidang perbankan), menjelaskan bahwa dolar AS melemah karena beberapa faktor, termasuk penurunan peringkat utang AS oleh lembaga pemeringkat dan adanya defisit ganda (twin deficit) dalam anggaran dan neraca perdagangan AS. Kebijakan tarif resiprokal Presiden Trump juga turut memicu ketidakpastian di pasar.

Bagaimana kebijakan tarif Presiden Trump mempengaruhi pasar keuangan, menurut pandangan Ibu Citra?

Menurut Ibu Citra Komala, seorang analis pasar modal independen, kebijakan tarif Presiden Trump menciptakan ketidakpastian di pasar keuangan global. Hal ini mendorong investor untuk mencari tempat yang lebih aman, seperti emerging markets dan instrumen emas, sehingga memicu aliran modal masuk ke negara-negara berkembang seperti Indonesia.

Apa saja faktor yang membuat rupiah stabil, menurut penjelasan Bapak Dedi?

Bapak Dedi Mulyadi, seorang pengamat ekonomi, menjelaskan bahwa stabilitas rupiah didukung oleh beberapa faktor, termasuk fundamental ekonomi Indonesia yang membaik, intervensi Bank Indonesia (BI) di pasar valuta asing, dan kepercayaan investor terhadap prospek ekonomi Indonesia. Stabilitas rupiah memberikan kepastian bagi pelaku bisnis dan investor.

Instrumen investasi apa saja yang menarik di Indonesia saat ini, menurut Ibu Erna?

Ibu Erna Wijayanti, seorang perencana keuangan, merekomendasikan beberapa instrumen investasi yang menarik di Indonesia saat ini, seperti saham blue chip, obligasi pemerintah (SBN), dan reksa dana. Pilihan instrumen investasi tersebut harus disesuaikan dengan profil risiko dan tujuan keuangan masing-masing investor.

Bagaimana cara investor pemula bisa memanfaatkan peluang di pasar modal, menurut Bapak Fadli?

Bapak Fadli Zon, seorang tokoh publik yang juga memiliki minat di bidang investasi, menyarankan agar investor pemula memulai dengan berinvestasi di reksa dana, karena dikelola oleh manajer investasi profesional. Selain itu, investor pemula juga perlu belajar tentang dasar-dasar investasi dan memahami risiko yang terlibat.