Ketahui Kenapa di Musim Kemarau Masih Sering Hujan? Ini Kata BMKG agar tetap waspada selalu

Rabu, 21 Mei 2025 oleh journal

Kenapa Musim Kemarau Tapi Kok Masih Sering Hujan? Ini Kata BMKG!

Pernah bertanya-tanya kenapa, meski sudah masuk musim kemarau, hujan masih sering mengguyur beberapa wilayah di Indonesia? Fenomena ini memang bikin bingung, ya. Padahal, biasanya musim kemarau identik dengan langit biru dan cuaca yang panas terik.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan bahwa di akhir Mei 2025 ini, dinamika cuaca di Indonesia masih berada dalam masa peralihan. Artinya, cuaca bisa berubah dengan cepat. Pagi hari cenderung cerah, tapi sore atau malam hari bisa tiba-tiba hujan.

Ketahui Kenapa di Musim Kemarau Masih Sering Hujan? Ini Kata BMKG agar tetap waspada selalu

"Meskipun sebagian wilayah sudah memasuki musim kemarau, curah hujan yang cukup tinggi masih sering terjadi, terutama pada sore hingga malam hari," ungkap BMKG dalam laporan Prospek Cuaca Mingguan 20-26 Mei 2025.

Selain itu, suhu udara yang panas menyengat di siang hari terasa lebih gerah karena kelembaban udara yang tinggi. Kondisi atmosfer yang labil ini disebabkan oleh interaksi kompleks antara suhu permukaan laut, tekanan udara, dan kelembaban yang tinggi.

Interaksi ini memicu pembentukan awan konvektif, seperti Cumulonimbus, yang berpotensi menyebabkan cuaca ekstrem. Kita bisa mengalami hujan lebat, petir, angin kencang, bahkan hujan es. Ngeri, ya!

Dalam seminggu terakhir, BMKG mencatat bahwa hujan dengan intensitas lebat hingga sangat lebat telah menyebabkan bencana hidrometeorologi di beberapa daerah, termasuk Aceh, Sumatra Barat, Jambi, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan lainnya.

Kejadian ini tidak hanya disebabkan oleh konvektivitas lokal yang sering terjadi saat masa peralihan, tetapi juga dipengaruhi oleh dinamika atmosfer berskala lebih luas. Aktivitas Madden-Julian Oscillation (MJO), gelombang Kelvin, dan Rossby Ekuatorial juga berperan penting dalam meningkatkan pertumbuhan awan hujan, terutama di wilayah barat dan tengah Indonesia.

"Meskipun sebagian besar wilayah diperkirakan memasuki awal musim kemarau pada akhir Mei karena Monsun Australia yang menguat, potensi hujan lebat hingga sangat lebat masih ada akibat aktivitas MJO dan gelombang atmosfer," jelas BMKG.

Kemarau Basah: Apa Itu?

BMKG juga memprediksi bahwa sejumlah wilayah di Indonesia akan mengalami musim kemarau basah tahun ini. Apa sih kemarau basah itu? Singkatnya, ini adalah kondisi saat curah hujan tetap tinggi meski sedang musim kemarau.

Secara klimatologis, musim kemarau di Indonesia ditandai dengan curah hujan kurang dari 50 milimeter per bulan. Namun, saat kemarau basah, curah hujan bisa mencapai lebih dari 100 milimeter per bulan.

Berdasarkan prediksi sifat musim kemarau 2025, sekitar 185 Zona Musim (ZOM) atau 26% wilayah Indonesia akan mengalami musim kemarau dengan sifat atas normal. Artinya, wilayah-wilayah ini akan menerima curah hujan musiman yang lebih tinggi dari biasanya.

Daerah-daerah yang berpotensi mengalami kemarau basah meliputi sebagian kecil Aceh, sebagian besar Lampung, Jawa bagian barat hingga tengah, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, sebagian kecil Sulawesi, dan sebagian Papua bagian tengah.

Pancaroba: Masa Peralihan yang Penuh Kejutan

Direktur Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani, menjelaskan bahwa wilayah Jabodetabek saat ini sedang berada dalam masa pancaroba, yaitu peralihan dari musim hujan ke musim kemarau.

"Selama periode ini, hujan umumnya terjadi pada siang hingga menjelang malam hari, setelah sebelumnya udara terasa hangat atau terik pada pagi hingga siang. Kondisi ini menyebabkan atmosfer menjadi labil," kata Andri.

Pemanasan permukaan yang kuat dapat memicu pembentukan awan-awan konvektif, terutama awan Cumulonimbus, yang berpotensi menimbulkan hujan lebat disertai kilat/petir dan angin kencang.

Pada masa pancaroba, karakteristik hujan cenderung tidak merata atau bersifat lokal, dengan intensitas sedang hingga lebat. Hujan ini juga dapat disertai kilat/petir dan angin kencang dalam durasi singkat.

Andri menambahkan bahwa awal musim kemarau di wilayah Jabodetabek bervariasi, mulai dari akhir April hingga Juni 2025.

Musim pancaroba memang penuh kejutan, tapi jangan khawatir! Ada beberapa langkah yang bisa kamu lakukan untuk tetap aman dan nyaman:

1. Pantau Terus Informasi Cuaca - Selalu update dengan berita cuaca terkini dari BMKG atau sumber terpercaya lainnya. Ini penting agar kamu bisa merencanakan aktivitasmu dengan lebih baik dan menghindari risiko terjebak hujan atau cuaca ekstrem.

Misalnya, jika BMKG memprediksi hujan lebat di sore hari, sebaiknya tunda kegiatan di luar ruangan dan siapkan payung atau jas hujan jika memang harus keluar.

2. Siapkan Perlengkapan yang Tepat - Selalu bawa payung, jas hujan, atau jaket anti air saat bepergian, terutama di sore hari. Jangan lupa juga bawa botol minum agar tetap terhidrasi, karena cuaca panas bisa membuatmu cepat dehidrasi.

Bayangkan kamu sedang menunggu bus, tiba-tiba hujan deras. Untung ada payung di tas!

3. Jaga Kondisi Kesehatan - Perubahan cuaca yang ekstrem bisa membuat tubuh rentan terserang penyakit. Pastikan kamu cukup istirahat, makan makanan bergizi, dan minum vitamin untuk menjaga daya tahan tubuh.

Misalnya, konsumsi buah-buahan yang kaya vitamin C seperti jeruk atau jambu biji.

4. Berhati-hati Saat Berkendara - Hujan lebat bisa mengurangi jarak pandang dan membuat jalanan licin. Kurangi kecepatan, jaga jarak aman dengan kendaraan lain, dan hindari genangan air yang dalam.

Jika hujan terlalu deras, sebaiknya menepi dan menunggu sampai hujan reda.

5. Amankan Barang-barang Berharga - Jika ada potensi banjir atau genangan air, segera amankan barang-barang berhargamu ke tempat yang lebih tinggi. Matikan aliran listrik jika air mulai masuk ke rumah.

Ini bisa membantu mencegah kerusakan barang dan menghindari risiko tersengat listrik.

Kenapa ya, meski sudah musim kemarau, di daerah rumah Karina kok masih sering hujan deras?

Menurut Dr. Dwikorita Karnawati, Kepala BMKG, fenomena ini bisa terjadi karena adanya dinamika atmosfer yang kompleks, seperti aktivitas MJO dan gelombang atmosfer. Selain itu, kondisi geografis Indonesia yang merupakan negara kepulauan juga memengaruhi pola curah hujan.

Apa itu kemarau basah, dan kenapa daerah tempat tinggal Budi bisa mengalami kemarau basah tahun ini?

Menurut Prof. Edvin Aldrian, pakar klimatologi dari BRIN, kemarau basah adalah kondisi saat curah hujan tetap tinggi meski sedang musim kemarau. Ini bisa terjadi karena anomali suhu permukaan laut atau perubahan pola angin. Jika daerah tempat tinggal Budi diprediksi mengalami kemarau basah, berarti curah hujan di wilayah tersebut akan lebih tinggi dari rata-rata pada musim kemarau.

Bagaimana cara Supriadi mempersiapkan diri menghadapi cuaca ekstrem saat pancaroba?

Menurut Andri Ramdhani, Direktur Meteorologi Publik BMKG, Supriadi sebaiknya selalu memantau informasi cuaca terkini, menyiapkan perlengkapan seperti payung atau jas hujan, menjaga kondisi kesehatan, dan berhati-hati saat berkendara. Jika memungkinkan, hindari aktivitas di luar ruangan saat cuaca buruk.

Apakah dampak kemarau basah sama berbahayanya dengan musim kemarau kering, menurut pendapat Ibu Susi Pudjiastuti?

Menurut Ibu Susi Pudjiastuti, mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, baik kemarau basah maupun kemarau kering memiliki dampak yang perlu diwaspadai. Kemarau basah bisa menyebabkan banjir dan gagal panen, sementara kemarau kering bisa menyebabkan kekeringan dan kebakaran hutan. Keduanya sama-sama merugikan dan perlu diantisipasi dengan baik.

Apa yang sebaiknya dilakukan oleh Pak Joko Widodo jika daerahnya mengalami kemarau basah, terutama dalam hal pertanian?

Menurut Dr. Ir. Syahrul Yasin Limpo, S.H., M.Si., M.H., Menteri Pertanian Republik Indonesia, jika daerah Pak Joko Widodo mengalami kemarau basah, maka perlu dilakukan penyesuaian pola tanam dan pengelolaan air yang lebih baik. Misalnya, memilih jenis tanaman yang tahan terhadap curah hujan tinggi, membuat saluran drainase yang baik, dan memanfaatkan teknologi irigasi yang efisien.