Inilah Strategi Prabowo Dinanti, Mendorong Harta Karun Baru Pengganti BBM Bensin demi masa depan energi berkelanjutan
Rabu, 21 Mei 2025 oleh journal
Era Bioetanol Dimulai: Gebrakan Prabowo Gantikan Bensin dengan Harta Karun Baru?
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah Indonesia sedang mempersiapkan langkah besar dalam dunia energi: mencampurkan bioetanol ke dalam bensin. Rencananya, campuran ini akan mencapai 5% (E5) dan diharapkan menjadi solusi untuk mengurangi ketergantungan pada impor bahan bakar fosil. Mungkinkah ini menjadi awal dari era energi yang lebih bersih dan berkelanjutan?
Menurut Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Eniya Listiani Dewi, program ini diharapkan bisa berjalan antara tahun 2025 atau 2026. Landasan hukumnya? Sebuah Keputusan Menteri (Kepmen) ESDM yang akan secara khusus mengatur penggunaan bioetanol.
"Dari sini kita akan mengeluarkan keputusan Menteri. Jadi keputusan Menteri akan terpisah untuk memandatorikan," ujar Eniya saat acara Coffee Morning CNBC Indonesia.
Namun, perjalanan menuju bioetanol ini tidak semulus yang dibayangkan. Eniya mengakui adanya beberapa hambatan, terutama terkait dengan pungutan bea cukai, meskipun bioetanol digunakan sebagai campuran bahan bakar.
Kendala Regulasi dan Harapan Industri
Meskipun Peraturan Menteri Keuangan (PMK) telah menetapkan bahwa cukai hanya berlaku untuk minuman beralkohol, masalah muncul pada klasifikasi baku lapangan usaha Indonesia (KBLI) yang masih rumit. "Ini kalau dari PMK sendiri, peraturan Kementerian keuangan itu sudah mengeluarkan, hanya menetapkan cukai itu di minuman saja. Jadi kalau untuk bahan bakar tidak. Tetapi ada sedikit KBLI yang berbelit. Jadi nanti harus di clear kan di nomor KBLI nya," jelas Eniya.
Senada dengan itu, CEO Pertamina New and Renewable Energy (PNRE), John Anis, berpendapat bahwa bioetanol untuk bahan bakar seharusnya tidak disamakan dengan alkohol konsumsi. Ia menekankan bahwa penggunaan bioetanol bertujuan untuk mengurangi impor dan menekan emisi karbon.
"Ini kan untuk mobil, untuk kendaraan, jadi seharusnya sih sudah pasti penurunan emisi juga, seharusnya lebih straightforward ya bahwa ini dengan administrasi singkat itu bisa segera diberikan exception karena per titik juga," kata John.
John menambahkan, penghapusan pungutan cukai akan sangat membantu. Namun, ia juga berharap adanya dukungan lain, seperti penghapusan PPN untuk bioetanol dan insentif pajak untuk pembangunan pabrik.
"Pastinya akan membantu tapi kami juga berharap yang lain misalnya PPN, PPN pro, PPN hasil nanti blending-nya juga bisa di-accepted kemudian juga nanti pada saat pembangunan pabrik kan maksimum jadi peralatan-peralatan yang nanti akan diimport, kita berharap juga data keringanan untuk dia masuk. itu sangat membantu, termasuk juga tax holiday atau tax incentive," ungkapnya.
Selain itu, John juga mengusulkan perlunya kebijakan khusus seperti Domestic Market Obligation (DMO) dan Domestic Price Obligation (DPO) untuk industri bioetanol, seperti yang sudah diterapkan pada industri batu bara dan sawit.
Dukungan dari DPR dan Kunci Sukses Bioetanol
Wakil Ketua Komisi XII DPR RI, Sugeng Suparwoto, mendukung penuh perlunya dukungan pemerintah untuk pengembangan bioetanol, termasuk melalui penetapan DMO dan DPO. "Maka sebagaimana juga di batubara untuk keperluan listrik saya kira untuk CPO dan juga tadi molase dan sebagainya untuk etanol saya kira harus ada kebijakan yang aktif. Satu DMO, dua DPO Domestic Price Obligation seperti di batubara, DMO-nya 25%, DPO-nya adalah 70 dolar per ton untuk gar tertinggi," jelas Sugeng.
Sugeng menekankan bahwa pengembangan biofuel memiliki dua fungsi utama: menekan emisi dan mencapai keberlanjutan energi. Terlebih lagi, Indonesia memiliki komitmen untuk mencapai net zero emission pada tahun 2060.
"Memang sektor transportasi cukup menyumbang besar dan juga industri nah disinilah peran biodiesel biofuel itu yang sangat penting untuk menggantikan dan untuk mengurangi fossil fuel," kata Sugeng.
Direktur Utama PT Sinergi Gula Nusantara (SGN), Subholding Komoditi Gula PTPN III (Persero) Holding Perkebunan, menilai bahwa akses pendanaan bagi petani tebu adalah kunci utama untuk kelancaran pengembangan bioetanol. "Pertama kalinya adalah akses pendanaan. Akses pendanaan Kredit Usaha Rakyat (KUR) ini tentunya harus dipermudah, supaya petani kemudian bergairah untuk melakukan peremajaan ke mereka," ujarnya.
Selain pendanaan, pemerintah juga perlu membenahi varietas tebu yang digunakan oleh petani. Dengan perbaikan-perbaikan ini, ia optimis bahwa produktivitas tebu nasional bisa kembali ke masa kejayaan dalam 2-3 tahun ke depan, yang akan berdampak positif pada swasembada gula dan energi melalui bioetanol.
Pengembangan bioetanol adalah langkah penting untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan mencapai target emisi nol bersih. Ingin berkontribusi dalam mewujudkan energi yang lebih bersih dan berkelanjutan? Berikut adalah beberapa tips yang bisa kamu lakukan:
1. Dukung Produk Lokal Berbasis Bioetanol - Saat memilih produk, prioritaskan yang menggunakan bahan bakar bioetanol. Ini bisa berupa kendaraan yang mendukung E5 atau produk industri yang menggunakan bioetanol sebagai bahan baku. Dengan membeli produk ini, kamu secara langsung mendukung industri bioetanol dalam negeri.
Contohnya, jika ada pilihan antara bensin biasa dan bensin E5 (bensin yang dicampur dengan 5% bioetanol), pilihlah bensin E5. Ini akan membantu meningkatkan permintaan bioetanol dan mendorong produksinya.
2. Berpartisipasi dalam Kampanye Edukasi - Ikut serta dalam kampanye yang mengedukasi masyarakat tentang manfaat bioetanol. Bagikan informasi yang akurat dan menarik di media sosial, forum diskusi, atau lingkungan sekitar. Semakin banyak orang yang paham, semakin besar dukungan terhadap bioetanol.
Misalnya, buat postingan di Instagram atau Facebook yang menjelaskan apa itu bioetanol, manfaatnya bagi lingkungan, dan bagaimana penggunaannya dapat mengurangi emisi karbon. Gunakan bahasa yang mudah dipahami dan sertakan infografis yang menarik.
3. Dukung Kebijakan Pemerintah yang Mendukung Bioetanol - Awasi dan dukung kebijakan pemerintah yang mempermudah pengembangan bioetanol, seperti penghapusan pajak dan bea cukai, pemberian insentif, dan penetapan DMO/DPO. Kirim surat dukungan ke anggota dewan atau berpartisipasi dalam petisi online untuk menyampaikan aspirasimu.
Contohnya, jika ada rancangan undang-undang atau peraturan pemerintah yang mendukung bioetanol, berikan dukunganmu melalui komentar positif di situs web pemerintah atau dengan menghubungi perwakilan rakyatmu.
4. Investasi pada Perusahaan Bioetanol - Jika kamu memiliki dana lebih, pertimbangkan untuk berinvestasi pada perusahaan yang bergerak di bidang produksi atau pengembangan bioetanol. Ini bisa menjadi cara yang efektif untuk mendukung pertumbuhan industri ini dan mendapatkan keuntungan finansial sekaligus.
Namun, sebelum berinvestasi, lakukan riset mendalam tentang perusahaan tersebut, termasuk prospek bisnisnya, rekam jejaknya, dan risiko-risiko yang mungkin terjadi. Konsultasikan juga dengan penasihat keuangan untuk mendapatkan saran yang tepat.
Apa sebenarnya bioetanol itu, dan mengapa penting untuk Indonesia, menurut pendapat Bambang?
Menurut Dr. Eniya Listiani Dewi, Direktur Jenderal EBTKE Kementerian ESDM, bioetanol adalah bahan bakar nabati yang dapat dicampurkan ke dalam bensin untuk mengurangi impor bahan bakar fosil. Bagi Indonesia, ini sangat penting karena dapat meningkatkan kemandirian energi dan mengurangi emisi karbon, yang sejalan dengan komitmen kita terhadap net zero emission 2060.
Sebagai seorang pengguna kendaraan, apa keuntungan yang bisa saya dapatkan dari penggunaan bioetanol, seperti yang dijelaskan oleh Siti?
Menurut John Anis, CEO Pertamina New and Renewable Energy (PNRE), dengan menggunakan bioetanol, Anda turut berkontribusi dalam mengurangi emisi gas buang kendaraan Anda. Selain itu, penggunaan bioetanol juga dapat membantu mengurangi ketergantungan negara kita pada impor bahan bakar fosil, yang pada akhirnya dapat menstabilkan harga bahan bakar di masa depan.
Mengapa pengembangan bioetanol di Indonesia masih menghadapi banyak tantangan, seperti yang dipertanyakan oleh Joko?
Sugeng Suparwoto, Wakil Ketua Komisi XII DPR RI, menjelaskan bahwa salah satu tantangan utama adalah kurangnya dukungan kebijakan yang memadai, seperti DMO dan DPO yang sudah sukses diterapkan pada industri batu bara dan sawit. Selain itu, masalah regulasi terkait cukai dan KBLI juga perlu segera diselesaikan agar pengembangan bioetanol dapat berjalan lancar.
Apa yang perlu dilakukan untuk meningkatkan produktivitas tebu sebagai bahan baku bioetanol, menurut pendapat Ayu?
Menurut Direktur Utama PT Sinergi Gula Nusantara (SGN), Subholding Komoditi Gula PTPN III, akses pendanaan yang mudah bagi petani tebu melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) sangat penting. Selain itu, pemerintah juga perlu membenahi varietas tebu yang digunakan oleh petani agar lebih produktif dan menghasilkan lebih banyak etanol.
Kapan Indonesia bisa benar-benar mandiri energi dengan bioetanol, seperti yang diharapkan oleh Ridwan?
Dengan dukungan penuh dari pemerintah, industri, dan masyarakat, serta perbaikan pada berbagai aspek seperti pendanaan, regulasi, dan teknologi, Direktur Utama PT Sinergi Gula Nusantara (SGN) optimis bahwa dalam 2-3 tahun ke depan, produktivitas tebu nasional bisa kembali ke masa kejayaan. Ini akan menjadi langkah besar menuju swasembada gula dan energi melalui pengembangan bioetanol.