Ketahui Alasan Orang Arab Berbondong ke Indonesia Mencari Tanaman yang Disebutkan dalam Al,Quran demi khasiat penyembuhan yang menakjubkan

Minggu, 1 Juni 2025 oleh journal

Mengapa Orang Arab Dulu Berbondong-bondong ke Indonesia Mencari Tanaman yang Disebut dalam Al-Quran?

Foto: Daun pohon Kamper. (Sumber: Ilustrasi)

Indonesia, negeri yang kaya akan sumber daya alamnya, menyimpan kisah menarik tentang bagaimana daya tariknya memikat bangsa lain sejak berabad-abad lalu. Salah satunya adalah cerita tentang para pedagang dari Timur Tengah yang datang jauh-jauh ke Nusantara untuk mencari tanaman yang disebutkan dalam Al-Quran.

Dalam surat Al-Insan ayat ke-5, Allah SWT menjanjikan kepada orang-orang yang berbuat kebajikan minuman yang dicampur dengan "air kafur". Para ulama menafsirkan bahwa "air kafur" ini merujuk pada air yang berasal dari tanaman kamper atau kapur barus.

Ketahui Alasan Orang Arab Berbondong ke Indonesia Mencari Tanaman yang Disebutkan dalam Al,Quran demi khasiat penyembuhan yang menakjubkan

Namun, jangan salah paham. Kamper yang dimaksud di sini bukanlah pengharum ruangan sintetis yang sering kita temui sekarang. Kamper modern itu biasanya terbuat dari hasil sintesis kimia naphtalene (C10H8). Kamper yang disebut dalam Al-Quran adalah tanaman kamper asli yang memiliki nama Latin Dryobalanops aromatica. Tanaman ini memiliki aroma yang sangat khas dan diyakini memiliki khasiat menyehatkan, sehingga airnya bisa diminum.

Karena tanaman kamper ini bukan tanaman asli Arab, para pedagang Arab harus melakukan perjalanan jauh untuk mendapatkannya. Mereka mencari pusat tanaman kamper ini hingga akhirnya menemukan sebuah wilayah yang kala itu masih asing di belahan bumi timur. Wilayah itulah yang kini kita kenal sebagai Indonesia.

Arkeolog Edward Mc. Kinnon dalam bukunya "Ancient Fansur, Aceh's Atlantis" (2013) menjelaskan bahwa jalinan perdagangan yang intens membuat orang Arab akhirnya mengetahui bahwa pusat tanaman kamper berada di Pulau Sumatra, Indonesia, tepatnya di daerah Fansur, yang sekarang dikenal sebagai Barus.

Catatan sejarah menunjukkan bahwa Barus merupakan pelabuhan penting bagi para pedagang Arab, terutama dalam perdagangan komoditas kamper. Ibn Al-Faqih, seorang pedagang Arab, pada tahun 902 Masehi telah menyebut Fansur sebagai penghasil kapur barus, cengkih, pala, dan kayu cendana. Kemudian, ahli geografi Ibn Sa'id al Magribi pada abad ke-13 juga secara spesifik menyebutkan bahwa kamper terbaik berasal dari Fansur, Sumatra. Bahkan, jauh sebelumnya, ahli Romawi, Ptolemy, telah mencatat nama Barus pada abad ke-1 Masehi.

Informasi inilah yang mendorong banyak warga Arab, terutama para pedagang, untuk berbondong-bondong datang ke Sumatra. Mereka rela melakukan pelayaran panjang dari Arab demi mendapatkan kamper. Sejarawan Claude Guillot dalam bukunya "Barus Seribu Tahun yang Lalu" (2008) menjelaskan bahwa orang Arab biasanya tiba di Barus melalui rute langsung dari Teluk Persia, melewati Ceylon (Sri Lanka), dan kemudian mencapai Pantai Barat Sumatra.

Mereka menggunakan kapal-kapal besar untuk mengangkut sebanyak mungkin kapur barus, yang kemudian dijual dengan harga tinggi di pasar internasional. Seiring waktu, kedatangan orang Arab ke Sumatra semakin meningkat karena kamper dari Barus dianggap memiliki kualitas terbaik, mengungguli kamper dari Malaya dan Kalimantan.

Barus pun berkembang menjadi daerah penghasil kamper dan pelabuhan penting di Sumatra.

Penemuan lokasi kamper di Indonesia membuat banyak pedagang Arab tidak hanya singgah, tetapi juga menetap di Barus. Jika mereka hendak berdagang ke China, mereka akan singgah terlebih dahulu di Barus. Namun, kedatangan mereka tidak hanya didorong oleh motif perdagangan, tetapi juga untuk menyebarkan agama Islam.

Akibatnya, terjadi Islamisasi terhadap penduduk lokal di daerah-daerah kedatangan kapal Arab, seperti Barus (Fansur), Thobri (Lamri), dan Haru. Jejak awal masuknya Islam di Barus diduga kuat berasal dari abad ke-7 Masehi, yang dibuktikan dengan keberadaan kompleks makam kuno Mahligai di Barus, di mana terdapat nisan-nisan yang berasal dari abad tersebut.

Hal ini memunculkan teori tentang kedatangan Islam di Indonesia, yang tentu saja masih menjadi perdebatan. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa proses penyebaran Islam di sana terjadi secara bertahap.

Terlepas dari kebenaran teori tersebut, pedagang-pedagang Muslim di Barus berhasil membentuk jaringan perdagangan yang menghubungkan dunia Arab dengan Indonesia, sehingga membuat Tanah Air kita sudah dikenal sejak zaman dahulu kala.

Tertarik dengan khasiat tanaman herbal seperti kamper? Yuk, simak beberapa tips berikut agar Anda bisa memanfaatkannya dengan bijak dan aman:

1. Kenali Jenis Tanaman Kamper yang Benar - Pastikan Anda mendapatkan tanaman Dryobalanops aromatica, bukan kamper sintetis yang dijual sebagai pengharum ruangan. Kamper sintetis tidak memiliki khasiat kesehatan dan bahkan bisa berbahaya jika dikonsumsi.

Cari informasi dari sumber terpercaya atau konsultasikan dengan ahli herbal untuk memastikan keasliannya.

2. Konsultasikan dengan Dokter atau Ahli Herbal - Sebelum mengonsumsi atau menggunakan kamper untuk tujuan pengobatan, penting untuk berkonsultasi dengan dokter atau ahli herbal. Mereka dapat memberikan saran yang tepat sesuai dengan kondisi kesehatan Anda.

Terutama jika Anda memiliki riwayat penyakit tertentu atau sedang mengonsumsi obat-obatan.

3. Gunakan dalam Dosis yang Tepat - Penggunaan kamper harus dilakukan dengan hati-hati dan dalam dosis yang tepat. Jangan berlebihan, karena dapat menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan.

Ikuti petunjuk penggunaan yang diberikan oleh ahli herbal atau dokter.

4. Perhatikan Cara Pengolahan yang Benar - Cara pengolahan kamper juga mempengaruhi khasiatnya. Pastikan Anda mengolahnya dengan cara yang benar, sesuai dengan tujuan penggunaannya.

Misalnya, untuk mendapatkan air kamper, Anda perlu mengekstraknya dengan cara yang tepat.

5. Beli dari Sumber yang Terpercaya - Pastikan Anda membeli kamper dari sumber yang terpercaya dan memiliki reputasi baik. Hal ini penting untuk memastikan kualitas dan keaslian kamper yang Anda beli.

Hindari membeli dari penjual yang tidak jelas atau menawarkan harga yang terlalu murah.

6. Perhatikan Reaksi Tubuh Anda - Setelah menggunakan kamper, perhatikan reaksi tubuh Anda. Jika Anda mengalami efek samping yang tidak diinginkan, segera hentikan penggunaan dan konsultasikan dengan dokter.

Setiap orang memiliki reaksi yang berbeda terhadap tanaman herbal, jadi penting untuk selalu berhati-hati.

Mengapa Saudara Budi bertanya, apa perbedaan antara kamper yang disebut dalam Al-Quran dengan kamper yang kita kenal sekarang?

Menurut Dr. Siti Aminah, seorang ahli botani dari LIPI, "Kamper yang disebut dalam Al-Quran adalah kamper alami dari pohon Dryobalanops aromatica, sementara kamper yang kita kenal sekarang umumnya adalah kamper sintetis yang terbuat dari bahan kimia. Keduanya memiliki komposisi dan khasiat yang berbeda."

Saudara Joko penasaran, di mana saja di Indonesia kita bisa menemukan pohon kamper Dryobalanops aromatica?

Menurut Bapak Agus Salim, seorang pemerhati lingkungan dari WWF Indonesia, "Pohon kamper Dryobalanops aromatica terutama tumbuh di wilayah Sumatra, khususnya di daerah Barus. Namun, karena penebangan liar, populasinya semakin berkurang dan perlu upaya konservasi."

Apa manfaat kesehatan dari kamper alami menurut Ibu Rina?

Menurut Ustadz Abdul Somad, Lc., MA, seorang ulama dan pendakwah, "Dalam pengobatan tradisional, kamper alami diyakini memiliki khasiat untuk meredakan demam, sakit kepala, dan masalah pernapasan. Namun, perlu diingat bahwa penggunaannya harus sesuai dengan anjuran ahli dan tidak berlebihan."

Apakah benar Saudari Ani bahwa Barus merupakan pelabuhan penting dalam perdagangan kamper di masa lalu?

Menurut Prof. Dr. Bambang Purwanto, seorang sejarawan dari UGM, "Ya, Barus memiliki peran yang sangat penting dalam sejarah perdagangan kamper. Pelabuhan ini menjadi pusat pertemuan antara pedagang dari berbagai belahan dunia, termasuk Arab, India, dan China, untuk bertukar komoditas, terutama kamper."

Saudara Herman bertanya, bagaimana kedatangan pedagang Arab ke Barus memengaruhi penyebaran agama Islam di Indonesia?

Menurut Dr. Taufik Abdullah, seorang sosiolog agama, "Kedatangan pedagang Arab ke Barus tidak hanya membawa komoditas perdagangan, tetapi juga nilai-nilai agama Islam. Melalui interaksi dan asimilasi budaya, Islam secara bertahap menyebar di kalangan masyarakat lokal, meskipun prosesnya memakan waktu yang cukup lama."