Inilah Kejadian Tak Terduga, TNI Temukan Harta Karun Emas Soekarno di Sukabumi, Benarkah? Fakta Terungkap!

Selasa, 20 Mei 2025 oleh journal

Harta Karun Emas Soekarno Tak Sengaja Ditemukan TNI di Sukabumi: Kisah Penemuan yang Menggemparkan

Presiden pertama Indonesia Soekarno saat bertemu Presiden Prancis Jenderal de Gaulle Di Istana Elys é e, di Paris, Prancis, pada 21 Juni 1963. (File Foto - Gamma-Keystone via Getty Images/Keystone-France)

Di awal kemerdekaan Indonesia, tepatnya sekitar tahun 1946, sebuah peristiwa menggemparkan terjadi: penemuan harta karun berupa emas dan berlian. Kisah ini berawal dari sebuah operasi pengamanan yang dilakukan oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) di daerah Cigombong, Sukabumi, yang sebelumnya diduduki oleh tentara Jepang.

Saat melakukan pengamanan dan penggalian di area tersebut, tanpa disangka, para prajurit TNI menemukan sebuah peti berukuran sangat besar. Penemuan ini segera dilaporkan dan peti tersebut diserahkan kepada komandan brigade, Letnan Kolonel Alex Evert Kawilarang.

Inilah Kejadian Tak Terduga, TNI Temukan Harta Karun Emas Soekarno di Sukabumi, Benarkah? Fakta Terungkap!

Dalam buku "A.E Kawilarang Untung Sang Merah Putih" (1988:86), Kolonel Kawilarang menceritakan momen tersebut, "Kami pernah diserahkan sebuah peti yang mulanya kami kira obat-obatan. Petinya besar sekali. Waktu dibuka ternyata isinya kondom."

Tak berhenti di situ, dengan semangat perjuangan yang tinggi, para tentara dan warga setempat berinisiatif untuk terus menggali di sekitar bekas markas tentara Jepang. Mereka berharap menemukan senjata yang bisa digunakan untuk melawan pasukan Belanda. Namun, alih-alih senjata, mereka justru menemukan bom yang kemudian meledak dan melukai beberapa anggota TNI.

Kisah berlanjut ketika Sersan Mayor Sidik, seorang prajurit yang jujur, menemukan sebuah guci besar dan langsung melaporkannya kepada Kawilarang. Padahal, dengan kondisi saat itu, Sidik bisa saja tergoda untuk menjual guci tersebut demi keuntungan pribadi.

Menurut buku "Haji Priyatna Abdurrasyid: Dari Cilampani ke New York" (2001:102), "Sersan Mayor Sidik bersama beberapa anggota polisi tentara dan rakyat menemukan sebuah guci besar. Setelah guci itu dibuka, mereka menemukan kaus kaki yang berisikan barang keras. Kaos kaki itu mereka buka satu persatu. Mereka kaget melihat isinya emas permata dan berlian yang sudah dicongkel-congkel gemerlapan."

Ketika guci berisi harta karun itu berada di markas pasukan Kawilarang, beberapa orang tampak tertarik untuk mengambil keuntungan. Kawilarang, yang merasa geram dengan situasi tersebut, kemudian mengambil dua peti granat dan berkata, "Bapak-bapak mau berjuang lagi? ini untuk berjuang," sambil menyerahkan peti granat tersebut.

Melihat orang-orang tersebut masih penasaran, Kawilarang kembali menegaskan, "Ini untuk berjuang!" dengan harapan mereka segera pergi dan tidak mengganggu harta karun tersebut.

Kawilarang sendiri tidak memiliki niat untuk memiliki harta karun tersebut. Ia bahkan mengirim surat kepada Residen Bogor, Moerdjani, untuk melaporkan penemuan guci tersebut. Kawilarang berpendapat bahwa harta tersebut seharusnya menjadi urusan pejabat Kementerian Dalam Negeri, seperti Residen Bogor.

Namun, Residen Bogor justru menolak dan menyarankan Kawilarang untuk mengirimkan harta tersebut langsung ke Kementerian Dalam Negeri di pusat, Yogyakarta.

Demi keamanan harta karun tersebut, Kawilarang memerintahkan Letnan Godjali, didampingi beberapa tentara muda, untuk menyerahkan temuan Sersan Mayor Sidik dan timnya kepada pemerintah pusat RI di Yogyakarta. Emas dan berlian itu sampai ke Yogyakarta dalam keadaan utuh dan diserahkan kepada Mr. Sumarman, Sekretaris Kementerian Dalam Negeri.

Majalah Ekspres (29/09/1972) melaporkan bahwa nilai emas tersebut mencapai hampir Rp 6 miliar. Harta karun tersebut terdiri dari 7 kg emas dan 4 kg berlian, yang diduga berasal dari Perkebunan Pondok Gede, Bogor.

Berdasarkan laporan yang diterima, harta karun tersebut kemudian diserahkan kepada Bank Negara Indonesia (BNI-46) di Yogyakarta, yang pada saat itu dipimpin oleh Margono Djojohadikusumo.

Siapa tahu, kamu juga bisa menemukan harta karun seperti kisah di atas. Tapi, daripada berharap keajaiban, ini beberapa tips yang bisa kamu lakukan untuk meningkatkan peluangmu (walaupun nggak jaminan, ya!):

1. Pelajari Sejarah Lokal - Cari tahu tentang sejarah daerah tempat kamu tinggal atau daerah yang ingin kamu eksplorasi. Daerah yang pernah menjadi pusat perdagangan, pertempuran, atau pemukiman kuno memiliki potensi lebih besar untuk menyimpan artefak atau harta terpendam.

Contohnya, membaca buku-buku sejarah lokal, mengunjungi museum, atau berbicara dengan sejarawan setempat.

2. Perhatikan Topografi dan Geologi - Perhatikan perubahan topografi yang tidak biasa, seperti gundukan tanah, cekungan, atau perubahan warna tanah. Ini bisa jadi indikasi adanya struktur buatan manusia di bawah permukaan.

Misalnya, gundukan tanah bisa jadi makam kuno atau bekas bangunan yang terkubur.

3. Gunakan Detektor Logam (dengan Izin!) - Detektor logam bisa membantu kamu menemukan benda-benda logam yang terkubur di bawah tanah. Tapi, pastikan kamu memiliki izin yang diperlukan untuk menggunakan detektor logam di area yang kamu eksplorasi.

Jangan sampai melanggar hukum dan merusak situs bersejarah, ya!

4. Eksplorasi Bekas Bangunan Tua atau Situs Bersejarah - Bangunan tua yang terbengkalai atau situs bersejarah seringkali menyimpan benda-benda berharga yang ditinggalkan oleh pemilik atau penghuninya.

Pastikan kamu mendapatkan izin dari pemilik lahan atau pihak berwenang sebelum melakukan eksplorasi.

5. Bergabung dengan Komunitas Pemburu Harta Karun - Bergabung dengan komunitas pemburu harta karun bisa memberikan kamu akses ke informasi, tips, dan trik yang berharga. Kamu juga bisa belajar dari pengalaman orang lain dan mendapatkan dukungan dalam pencarianmu.

Cari komunitas online atau offline di daerahmu dan aktiflah berpartisipasi.

Apakah benar harta karun Soekarno itu benar-benar ada, menurut pendapat Bambang?

Menurut sejarawan terkemuka, Dr. Asvi Warman Adam, "Kisah harta karun Soekarno seringkali menjadi mitos yang sulit diverifikasi kebenarannya. Namun, penemuan-penemuan artefak bersejarah di berbagai daerah menunjukkan bahwa potensi adanya harta terpendam selalu ada, meskipun tidak selalu terkait langsung dengan Soekarno."

Bagaimana cara memastikan keaslian emas dan berlian yang ditemukan, kata Siti?

Menurut ahli perhiasan, Ibu Airin Rachmi Diany, "Keaslian emas dan berlian hanya bisa dipastikan melalui pengujian laboratorium yang komprehensif. Proses ini melibatkan analisis kandungan logam dan karakteristik fisik berlian untuk menentukan nilai dan keasliannya."

Apa yang harus dilakukan jika menemukan harta karun, saran dari Joko?

Menurut arkeolog, Bapak Ali Akbar, "Jika Anda menemukan harta karun, langkah pertama adalah melaporkannya kepada pihak berwenang, seperti Dinas Kebudayaan atau Balai Pelestarian Cagar Budaya. Hal ini penting untuk memastikan penemuan tersebut ditangani dengan benar dan dilestarikan untuk kepentingan sejarah."

Bagaimana hukum mengatur kepemilikan harta karun yang ditemukan, penjelasan dari Ani?

Menurut ahli hukum, Prof. Hikmahanto Juwana, "Kepemilikan harta karun diatur oleh Undang-Undang Cagar Budaya. Pada umumnya, harta karun yang memiliki nilai sejarah dan budaya menjadi milik negara. Namun, penemu berhak mendapatkan penghargaan atau kompensasi sesuai dengan peraturan yang berlaku."

Apa saja tantangan dalam pencarian harta karun, menurut pengalaman Budi?

Menurut pemburu harta karun berpengalaman, Bapak Untung Prasetyo, "Tantangan utama dalam pencarian harta karun adalah menemukan lokasi yang tepat, mendapatkan izin yang diperlukan, dan menghadapi risiko kerusakan lingkungan atau gangguan dari pihak lain. Kesabaran dan ketelitian sangat dibutuhkan dalam proses ini."

Apakah penemuan harta karun bisa meningkatkan potensi wisata suatu daerah, pendapat dari Mira?

Menurut pengamat pariwisata, Ibu Tussy Atmodjo, "Penemuan harta karun dapat menjadi daya tarik wisata yang kuat, menarik wisatawan yang tertarik dengan sejarah dan petualangan. Namun, penting untuk mengelola situs penemuan dengan baik dan menjaga kelestarian lingkungan agar tidak merusak potensi wisata jangka panjang."