Intip 7 Manfaat Daun Sisik Naga yang Wajib Kamu Intip!
Rabu, 18 Juni 2025 oleh journal
Tumbuhan merambat dengan ciri khas daun kecil menyerupai sisik reptil ini, secara tradisional, diyakini menyimpan berbagai potensi kebaikan bagi kesehatan. Masyarakat memanfaatkan bagian tumbuhan ini untuk membantu mengatasi berbagai keluhan, mulai dari masalah kulit hingga gangguan pernapasan. Penggunaan tersebut didasarkan pada kandungan senyawa aktif yang terdapat di dalamnya.
"Pemanfaatan tanaman obat tradisional seperti ini perlu ditelaah lebih lanjut melalui penelitian klinis yang ketat. Meskipun memiliki potensi, efektivitas dan keamanannya harus teruji secara ilmiah sebelum dapat direkomendasikan secara luas," ujar Dr. Anindita Putri, seorang ahli farmakologi dari Universitas Gadjah Mada.
Dr. Putri menambahkan, "Kajian mendalam mengenai dosis yang tepat dan interaksi dengan obat-obatan lain juga sangat penting untuk menghindari efek samping yang tidak diinginkan."
Terlepas dari peringatan tersebut, minat terhadap potensi kesehatan tumbuhan merambat ini terus berkembang. Beberapa penelitian awal mengindikasikan adanya senyawa aktif seperti flavonoid dan alkaloid di dalamnya. Senyawa-senyawa ini dikenal memiliki sifat antioksidan dan anti-inflamasi, yang berpotensi membantu melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas dan meredakan peradangan. Secara tradisional, ekstrak tumbuhan ini digunakan dalam bentuk rebusan atau olesan. Namun, penting untuk diingat bahwa penggunaan tanaman obat sebaiknya selalu dikonsultasikan dengan profesional kesehatan untuk memastikan keamanan dan efektivitasnya.
Daun Sisik Naga Manfaat
Daun sisik naga, sebuah tanaman herbal, menyimpan potensi khasiat yang beragam. Berbagai penelitian awal dan penggunaan tradisional mengindikasikan adanya manfaat kesehatan yang signifikan. Berikut adalah beberapa manfaat utama yang perlu diperhatikan:
- Antioksidan
- Anti-inflamasi
- Meredakan batuk
- Mengatasi masalah kulit
- Menurunkan demam
- Mempercepat penyembuhan luka
- Potensi diuretik
Manfaat-manfaat tersebut bersumber dari kandungan senyawa aktif dalam daun sisik naga. Sifat antioksidannya berperan penting dalam menangkal radikal bebas, sementara efek anti-inflamasinya membantu meredakan peradangan. Penggunaan tradisionalnya sebagai pereda batuk dan penurun demam juga didukung oleh beberapa bukti anekdotal. Lebih lanjut, potensi diuretiknya dapat membantu melancarkan buang air kecil. Meskipun demikian, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengonfirmasi efektivitas dan keamanan dari setiap manfaat yang diklaim, serta menentukan dosis yang tepat untuk menghindari efek samping yang tidak diinginkan.
Antioksidan
Keberadaan senyawa antioksidan dalam tumbuhan tertentu menjadi perhatian utama dalam studi kesehatan. Antioksidan berperan krusial dalam melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas, molekul tidak stabil yang dapat memicu berbagai penyakit kronis. Tumbuhan yang mengandung antioksidan berpotensi memberikan kontribusi positif dalam menjaga kesehatan secara keseluruhan.
- Peran Antioksidan dalam Menetralisir Radikal Bebas
Radikal bebas dihasilkan dari proses metabolisme tubuh dan paparan lingkungan seperti polusi dan radiasi. Antioksidan bekerja dengan menyumbangkan elektron ke radikal bebas, sehingga menstabilkannya dan mencegahnya merusak sel-sel tubuh. Proses ini penting untuk mencegah stres oksidatif, yang dapat memicu peradangan dan kerusakan DNA.
- Senyawa Antioksidan yang Mungkin Terdapat
Beberapa senyawa antioksidan yang umum ditemukan dalam tumbuhan antara lain flavonoid, polifenol, dan vitamin C. Flavonoid, misalnya, dikenal karena kemampuannya melindungi jantung dan pembuluh darah. Polifenol memiliki sifat anti-inflamasi, sementara vitamin C berperan penting dalam meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Kehadiran senyawa-senyawa ini dalam suatu tumbuhan berpotensi memberikan manfaat kesehatan yang signifikan.
- Implikasi Potensial pada Kesehatan
Konsumsi makanan dan minuman yang kaya akan antioksidan dikaitkan dengan penurunan risiko penyakit jantung, kanker, dan penyakit neurodegeneratif seperti Alzheimer. Antioksidan membantu melindungi sel-sel otak dari kerusakan akibat radikal bebas, yang dapat memperlambat penurunan kognitif. Selain itu, antioksidan juga dapat membantu menjaga kesehatan kulit dan memperlambat proses penuaan.
- Studi Lebih Lanjut Diperlukan
Meskipun potensi manfaat antioksidan sudah cukup jelas, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami sepenuhnya bagaimana antioksidan bekerja dan bagaimana cara memaksimalkan manfaatnya. Studi klinis yang terkontrol dengan baik diperlukan untuk mengkonfirmasi efektivitas dan keamanan senyawa antioksidan tertentu, serta menentukan dosis yang optimal untuk berbagai kondisi kesehatan.
Dengan demikian, potensi kandungan antioksidan dalam tumbuhan tertentu menjadi area penelitian yang menjanjikan. Identifikasi dan karakterisasi senyawa antioksidan, serta studi tentang efeknya pada kesehatan manusia, akan membuka jalan bagi pengembangan strategi pencegahan dan pengobatan penyakit yang lebih efektif.
Anti-inflamasi dan Potensinya pada Tumbuhan Merambat
Peradangan merupakan respons alami tubuh terhadap cedera atau infeksi. Namun, peradangan kronis dapat memicu berbagai masalah kesehatan, termasuk penyakit jantung, arthritis, dan bahkan kanker. Senyawa anti-inflamasi berperan penting dalam meredakan peradangan dan melindungi tubuh dari efek negatifnya. Tumbuhan tertentu, termasuk beberapa jenis tumbuhan merambat, menunjukkan potensi sebagai sumber alami senyawa anti-inflamasi.
Keberadaan senyawa anti-inflamasi dalam suatu tumbuhan dapat diidentifikasi melalui penelitian fitokimia dan uji farmakologis. Senyawa-senyawa seperti flavonoid, terpenoid, dan alkaloid seringkali menunjukkan aktivitas anti-inflamasi dengan menghambat produksi mediator peradangan seperti prostaglandin dan sitokin. Mekanisme kerja senyawa-senyawa ini dapat bervariasi, namun secara umum bertujuan untuk menekan respons inflamasi berlebihan yang merugikan tubuh.
Pemanfaatan tumbuhan dengan sifat anti-inflamasi telah lama menjadi bagian dari pengobatan tradisional di berbagai budaya. Ekstrak tumbuhan tersebut sering digunakan untuk meredakan nyeri sendi, mengurangi pembengkakan, dan mempercepat penyembuhan luka. Namun, penting untuk diingat bahwa efektivitas dan keamanan penggunaan tumbuhan sebagai anti-inflamasi perlu dikonfirmasi melalui penelitian klinis yang ketat. Dosis yang tepat, interaksi dengan obat lain, dan potensi efek samping harus dievaluasi secara cermat sebelum dapat direkomendasikan secara luas.
Beberapa penelitian awal mengindikasikan bahwa ekstrak dari tumbuhan merambat tertentu menunjukkan aktivitas anti-inflamasi in vitro dan in vivo. Meskipun demikian, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengidentifikasi senyawa aktif yang bertanggung jawab atas efek tersebut, memahami mekanisme kerjanya secara lebih rinci, dan mengevaluasi potensi terapeutiknya pada manusia. Pengembangan formulasi obat yang efektif dan aman dari tumbuhan anti-inflamasi memerlukan pendekatan multidisiplin yang melibatkan ahli botani, kimiawan, farmakolog, dan dokter.
Meredakan Batuk
Penggunaan tumbuhan dalam upaya meredakan batuk merupakan praktik tradisional yang telah lama dilakukan. Beberapa jenis tumbuhan, termasuk yang memiliki ciri fisik daun menyerupai sisik reptil, dipercaya memiliki potensi dalam mengatasi keluhan pernapasan ini. Keefektifan tumbuhan-tumbuhan ini seringkali dikaitkan dengan kandungan senyawa aktif yang bekerja secara spesifik pada sistem pernapasan.
- Mekanisme Kerja Senyawa Aktif
Senyawa aktif yang terdapat dalam tumbuhan tertentu dapat bekerja melalui beberapa mekanisme. Beberapa senyawa memiliki efek ekspektoran, membantu mengencerkan dahak sehingga lebih mudah dikeluarkan. Senyawa lain memiliki sifat antitusif, menekan refleks batuk. Selain itu, senyawa anti-inflamasi dapat meredakan peradangan pada saluran pernapasan, yang seringkali menjadi penyebab batuk.
- Penggunaan Tradisional dalam Bentuk Rebusan
Salah satu cara umum penggunaan tumbuhan untuk meredakan batuk adalah dengan merebus bagian tumbuhan tersebut. Air rebusan kemudian diminum. Proses perebusan membantu mengekstrak senyawa aktif dari tumbuhan. Dosis dan cara persiapan rebusan bervariasi tergantung pada jenis tumbuhan dan tingkat keparahan batuk.
- Potensi Efek Bronkodilator
Beberapa tumbuhan memiliki potensi efek bronkodilator, melebarkan saluran pernapasan. Efek ini dapat membantu memudahkan pernapasan dan mengurangi gejala batuk yang disebabkan oleh penyempitan saluran pernapasan. Senyawa yang berperan dalam efek bronkodilator dapat berupa alkaloid atau senyawa fenolik tertentu.
- Perhatian Terhadap Interaksi Obat
Penting untuk diperhatikan bahwa penggunaan tumbuhan sebagai pereda batuk dapat berinteraksi dengan obat-obatan lain yang sedang dikonsumsi. Interaksi ini dapat meningkatkan atau mengurangi efektivitas obat, atau bahkan menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan. Konsultasi dengan profesional kesehatan sangat disarankan sebelum menggunakan tumbuhan sebagai pengobatan batuk.
- Penelitian Ilmiah Terbatas
Meskipun penggunaan tradisional tumbuhan sebagai pereda batuk telah berlangsung lama, penelitian ilmiah yang mendukung efektivitasnya seringkali terbatas. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengidentifikasi senyawa aktif yang bertanggung jawab atas efek tersebut, memahami mekanisme kerjanya secara lebih rinci, dan mengevaluasi potensi terapeutiknya pada manusia.
- Alternatif Pengobatan Alami
Tumbuhan dapat menjadi alternatif pengobatan alami untuk batuk, terutama batuk ringan yang tidak disertai gejala serius lainnya. Namun, penting untuk diingat bahwa pengobatan alami tidak selalu aman dan efektif. Jika batuk tidak membaik setelah beberapa hari atau disertai gejala seperti demam tinggi, sesak napas, atau nyeri dada, segera konsultasikan dengan dokter.
Potensi tumbuhan dengan ciri fisik daun menyerupai sisik reptil dalam meredakan batuk merupakan area yang menarik untuk penelitian lebih lanjut. Pemahaman yang lebih baik mengenai senyawa aktif yang terkandung di dalamnya dan mekanisme kerjanya akan membuka jalan bagi pengembangan terapi batuk yang lebih efektif dan aman.
Mengatasi masalah kulit
Penggunaan ekstrak tanaman tertentu dalam penanganan berbagai kondisi kulit telah menjadi bagian dari praktik pengobatan tradisional. Beberapa jenis tumbuhan, termasuk yang memiliki karakteristik daun menyerupai sisik reptil, dipercaya memiliki potensi dalam meredakan gejala dan mempercepat penyembuhan masalah kulit. Keyakinan ini didasarkan pada kandungan senyawa aktif yang berkhasiat bagi kesehatan kulit.
Beberapa mekanisme kerja yang mungkin terlibat meliputi sifat anti-inflamasi untuk mengurangi peradangan pada kulit, sifat antimikroba untuk melawan infeksi bakteri atau jamur, dan kemampuan antioksidan untuk melindungi kulit dari kerusakan akibat radikal bebas. Selain itu, senyawa tertentu dapat merangsang produksi kolagen, protein penting yang menjaga elastisitas dan kekenyalan kulit.
Dalam penggunaan tradisional, ekstrak tumbuhan seringkali diaplikasikan secara topikal dalam bentuk olesan, kompres, atau masker. Namun, perlu diingat bahwa efektivitas dan keamanan penggunaan tumbuhan untuk mengatasi masalah kulit perlu dikaji lebih lanjut melalui penelitian ilmiah yang ketat. Identifikasi senyawa aktif yang bertanggung jawab atas efek terapeutik, penentuan dosis yang tepat, dan evaluasi potensi efek samping sangat penting untuk memastikan manfaat yang optimal dan meminimalkan risiko yang mungkin timbul. Konsultasi dengan dokter kulit atau ahli herbal yang kompeten sangat disarankan sebelum menggunakan tumbuhan sebagai pengobatan alternatif untuk masalah kulit.
Menurunkan Demam
Dalam pengobatan tradisional, beberapa tumbuhan dipercaya memiliki khasiat antipiretik, atau kemampuan menurunkan suhu tubuh yang meningkat akibat demam. Keyakinan ini mendorong pemanfaatan tumbuhan-tumbuhan tersebut sebagai alternatif atau pelengkap pengobatan konvensional. Tumbuhan dengan karakteristik daun tertentu, termasuk yang menyerupai sisik reptil, kerap menjadi pilihan dalam upaya meredakan demam secara alami.
Mekanisme kerja tumbuhan dalam menurunkan demam belum sepenuhnya dipahami, namun beberapa senyawa aktif yang terkandung di dalamnya diduga berperan penting. Senyawa-senyawa tersebut dapat bekerja dengan menstimulasi sistem imun, meningkatkan produksi keringat untuk mendinginkan tubuh, atau menghambat produksi prostaglandin, zat kimia yang memicu peningkatan suhu tubuh.
Penting untuk dicatat bahwa efektivitas tumbuhan sebagai penurun demam dapat bervariasi tergantung pada jenis tumbuhan, dosis yang digunakan, dan kondisi individu yang mengalami demam. Demam merupakan gejala dari kondisi medis yang mendasarinya, dan pengobatan yang tepat harus ditujukan untuk mengatasi penyebab demam tersebut. Penggunaan tumbuhan sebagai penurun demam sebaiknya dilakukan dengan hati-hati dan di bawah pengawasan profesional kesehatan, terutama pada anak-anak, wanita hamil, dan individu dengan kondisi medis tertentu. Jika demam tidak mereda setelah beberapa waktu atau disertai gejala lain yang mengkhawatirkan, segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Mempercepat penyembuhan luka
Potensi suatu tumbuhan untuk mempercepat proses penyembuhan luka telah lama menjadi perhatian dalam pengobatan tradisional. Kemampuan ini, yang dimiliki oleh beberapa jenis tumbuhan, menjadi dasar pemanfaatan mereka dalam membantu regenerasi jaringan dan pemulihan kondisi kulit yang terluka.
- Kandungan Senyawa Aktif dan Peran Kolagen
Senyawa aktif yang terdapat dalam tumbuhan dapat berperan dalam meningkatkan produksi kolagen, protein struktural utama dalam kulit. Kolagen penting untuk pembentukan jaringan baru dan memberikan kekuatan serta elastisitas pada kulit yang sedang dalam proses penyembuhan. Beberapa studi awal mengindikasikan adanya senyawa yang dapat menstimulasi fibroblas, sel yang bertanggung jawab untuk sintesis kolagen.
- Sifat Anti-inflamasi dalam Mengurangi Peradangan
Peradangan merupakan bagian dari respons alami tubuh terhadap luka, namun peradangan yang berlebihan dapat menghambat proses penyembuhan. Senyawa anti-inflamasi dalam tumbuhan dapat membantu meredakan peradangan, menciptakan lingkungan yang lebih kondusif bagi regenerasi jaringan. Pengurangan peradangan juga dapat mengurangi rasa sakit dan pembengkakan di sekitar luka.
- Efek Antimikroba dalam Mencegah Infeksi
Luka terbuka rentan terhadap infeksi bakteri atau jamur, yang dapat memperlambat penyembuhan dan bahkan menyebabkan komplikasi serius. Beberapa tumbuhan mengandung senyawa antimikroba yang dapat membantu mencegah infeksi dengan menghambat pertumbuhan mikroorganisme berbahaya. Efek antimikroba ini dapat membantu menjaga kebersihan luka dan mendukung proses penyembuhan yang lebih cepat.
- Peran Antioksidan dalam Melindungi Jaringan dari Kerusakan
Radikal bebas dapat merusak sel-sel dan jaringan di sekitar luka, menghambat proses penyembuhan. Senyawa antioksidan dalam tumbuhan dapat membantu melindungi jaringan dari kerusakan akibat radikal bebas, menciptakan lingkungan yang lebih sehat untuk regenerasi sel. Antioksidan juga dapat membantu mengurangi stres oksidatif yang sering terjadi pada area luka.
- Stimulasi Angiogenesis untuk Pembentukan Pembuluh Darah Baru
Angiogenesis, atau pembentukan pembuluh darah baru, penting untuk menyediakan nutrisi dan oksigen yang dibutuhkan oleh jaringan yang sedang dalam proses penyembuhan. Beberapa senyawa dalam tumbuhan dapat menstimulasi angiogenesis, meningkatkan aliran darah ke area luka dan mempercepat regenerasi jaringan. Peningkatan aliran darah juga membantu menghilangkan sisa-sisa metabolisme dan produk peradangan dari area luka.
Potensi tumbuhan tertentu dalam mempercepat penyembuhan luka menunjukkan adanya mekanisme kompleks yang melibatkan berbagai senyawa aktif. Studi lebih lanjut diperlukan untuk memahami secara mendalam bagaimana senyawa-senyawa ini bekerja dan bagaimana cara mengoptimalkan pemanfaatannya dalam pengobatan luka. Penggunaan tumbuhan untuk penyembuhan luka sebaiknya selalu dikonsultasikan dengan profesional kesehatan untuk memastikan keamanan dan efektivitasnya.
Potensi diuretik
Tumbuhan dengan ciri khas daun bersisik, dalam kajian etnobotani, kerap dikaitkan dengan efek diuretik. Potensi ini menarik perhatian karena relevansinya dalam membantu fungsi ginjal dan keseimbangan cairan tubuh, meskipun bukti ilmiah yang mendukung klaim ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut.
- Peningkatan Produksi Urin
Efek diuretik secara umum merujuk pada kemampuan suatu zat untuk meningkatkan produksi urin. Peningkatan volume urin dapat membantu tubuh membuang kelebihan garam dan air, yang bermanfaat dalam kondisi tertentu seperti edema atau tekanan darah tinggi. Tumbuhan yang memiliki potensi diuretik dapat mempengaruhi fungsi ginjal dalam menyaring dan membuang cairan.
- Keseimbangan Elektrolit
Penggunaan diuretik, baik dari sumber alami maupun sintetik, dapat mempengaruhi keseimbangan elektrolit dalam tubuh, seperti natrium dan kalium. Penting untuk menjaga keseimbangan elektrolit yang tepat karena elektrolit berperan penting dalam fungsi saraf dan otot. Penggunaan diuretik yang tidak terkontrol dapat menyebabkan ketidakseimbangan elektrolit yang berbahaya.
- Penggunaan Tradisional pada Kondisi Tertentu
Dalam beberapa sistem pengobatan tradisional, tumbuhan dengan potensi diuretik digunakan untuk mengatasi kondisi seperti pembengkakan (edema) akibat retensi cairan, infeksi saluran kemih, dan sebagai pendamping pengobatan tekanan darah tinggi. Namun, penting untuk dicatat bahwa penggunaan tradisional ini perlu dievaluasi secara ilmiah untuk memastikan efektivitas dan keamanannya.
- Senyawa Aktif yang Berperan
Senyawa aktif seperti flavonoid, terpenoid, dan alkaloid yang terdapat dalam tumbuhan tertentu diduga berkontribusi pada efek diuretik. Senyawa-senyawa ini dapat mempengaruhi aktivitas enzim atau reseptor di ginjal yang terlibat dalam regulasi volume urin. Identifikasi dan karakterisasi senyawa aktif ini penting untuk memahami mekanisme kerja diuretik tumbuhan.
- Pertimbangan Keamanan dan Interaksi Obat
Penggunaan tumbuhan dengan potensi diuretik perlu dilakukan dengan hati-hati, terutama pada individu yang memiliki kondisi medis tertentu atau sedang mengonsumsi obat-obatan lain. Efek diuretik dapat berinteraksi dengan obat-obatan seperti diuretik sintetis, obat tekanan darah, dan obat diabetes. Konsultasi dengan profesional kesehatan sangat disarankan sebelum menggunakan tumbuhan sebagai diuretik.
Meskipun potensi diuretik tumbuhan dengan ciri daun bersisik menarik untuk dieksplorasi lebih lanjut, penting untuk mengutamakan pendekatan berbasis bukti dan mempertimbangkan potensi risiko serta interaksi dengan kondisi kesehatan dan pengobatan yang ada. Penelitian ilmiah yang komprehensif diperlukan untuk memvalidasi klaim tradisional dan mengembangkan pemanfaatan yang aman dan efektif.
Tips Pemanfaatan Optimal Tanaman Obat Tradisional
Penggunaan tanaman obat tradisional memerlukan pemahaman yang baik agar manfaat yang diharapkan dapat diperoleh secara optimal dan meminimalkan potensi risiko. Berikut adalah beberapa panduan penting yang perlu diperhatikan:
Tip 1: Identifikasi yang Tepat dan Sumber Terpercaya
Pastikan identifikasi tanaman dilakukan dengan benar. Kesalahan identifikasi dapat berakibat fatal. Dapatkan tanaman dari sumber yang terpercaya, seperti apotek herbal yang memiliki reputasi baik atau petani yang berpengalaman. Hindari memetik tanaman liar jika tidak yakin dengan jenisnya.
Tip 2: Perhatikan Dosis dan Cara Pengolahan
Dosis yang tepat sangat penting. Konsultasikan dengan ahli herbal atau profesional kesehatan untuk menentukan dosis yang sesuai dengan kondisi individu. Cara pengolahan juga mempengaruhi kandungan senyawa aktif. Rebusan, seduhan, atau ekstrak memiliki karakteristik yang berbeda. Ikuti petunjuk pengolahan yang benar untuk memaksimalkan manfaat.
Tip 3: Waspadai Potensi Interaksi dengan Obat Lain
Tanaman obat dapat berinteraksi dengan obat-obatan konvensional. Jika sedang mengonsumsi obat resep, konsultasikan dengan dokter sebelum menggunakan tanaman obat. Beberapa interaksi dapat meningkatkan atau mengurangi efektivitas obat, atau bahkan menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan.
Tip 4: Monitoring Reaksi Tubuh dan Konsultasi Profesional
Perhatikan reaksi tubuh setelah mengonsumsi tanaman obat. Jika timbul gejala alergi, seperti ruam, gatal-gatal, atau sesak napas, segera hentikan penggunaan dan konsultasikan dengan dokter. Penggunaan tanaman obat sebaiknya selalu didampingi oleh profesional kesehatan untuk memastikan keamanan dan efektivitasnya.
Pemanfaatan tanaman obat tradisional yang bijak dan bertanggung jawab dapat memberikan kontribusi positif bagi kesehatan. Namun, pengetahuan yang akurat dan kehati-hatian sangat diperlukan untuk menghindari potensi efek samping yang tidak diinginkan.
Bukti Ilmiah dan Studi Kasus
Meskipun penggunaannya telah lama dikenal dalam praktik pengobatan tradisional, kajian ilmiah formal mengenai efektivitas dan keamanan tanaman dengan ciri daun unik ini masih terbatas. Sebagian besar informasi yang tersedia saat ini berasal dari studi praklinis dan laporan anekdotal, yang meskipun memberikan petunjuk awal, memerlukan validasi lebih lanjut melalui uji klinis terkontrol.
Beberapa penelitian in vitro menunjukkan adanya aktivitas antioksidan dan anti-inflamasi dari ekstrak tanaman ini. Studi-studi tersebut mengidentifikasi senyawa-senyawa tertentu yang berpotensi berkontribusi pada efek tersebut. Namun, penting untuk dicatat bahwa hasil in vitro tidak selalu berkorelasi dengan efek in vivo pada manusia. Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mengkonfirmasi temuan ini dan memahami mekanisme kerja yang terlibat.
Laporan kasus dari praktisi pengobatan tradisional seringkali mencantumkan keberhasilan penggunaan tanaman ini dalam mengatasi keluhan kulit ringan dan meredakan batuk. Namun, laporan kasus semacam itu umumnya tidak memiliki kontrol yang memadai dan rentan terhadap bias. Tanpa kelompok kontrol dan desain penelitian yang ketat, sulit untuk membedakan efek sebenarnya dari tanaman tersebut dengan efek plasebo atau faktor-faktor lain yang berkontribusi pada pemulihan.
Keterbatasan bukti ilmiah yang tersedia menekankan perlunya penelitian yang lebih komprehensif. Studi klinis acak terkontrol dengan ukuran sampel yang memadai dan parameter yang terukur sangat penting untuk menentukan efektivitas dan keamanan penggunaan tanaman ini secara objektif. Di samping itu, penelitian fitokimia yang mendalam diperlukan untuk mengidentifikasi dan mengkarakterisasi senyawa aktif yang berpotensi memiliki nilai terapeutik.